Critical Context V.2. sebagai laboratorium pengembangan pedagodi pendidikan arsitektur di Indonesia
NenunRuang x Critical Context V.2 : Pedagogy Bootcamp 2023 adalah agenda rutin tahunan Nenun Ruang yang fokus pada diskusi pedagogi bagi para pengajar arsitektur dengan tujuan untuk mendorong lebih banyak kesadaran akan pentingnya pedagogi dalam proses pembelajaran arsitektur. Acara ini sempat terhenti karena pandemi, pada tahun 2023 Nenun Ruang mencoba menyelenggarakan kembali kegiatan dengan bentuk baru yaitu Critical Context V.2.
Latar belakang lahirnya Critical Context adalah wadah yang berfungsi sebagai laboratorium pengembangan pedagodi (ilmu pengajaran) pendidikan arsitektur di Indonesia. Mengingat keragaman nusantara, memungkinkan praktek pedagogi di Indonesai juga akan sangat beragam dengan semua kearifan lokal tiap daerah. Oleh karena itu, sasaran utama dari laboratorium ini adalah para arsitek atau pendidik arsitektur yang memiliki minat untuk mengembangkan pedagogi berbasis keberagaman dan ke-lokal-an pada masing-masing daerah mereka.
Wadah ini mulai aktif pada tahun 2017, diinisiasi oleh sekelompok arsitek dan pendidik arsitektur yang sejak lama memiliki perhatian dan kegelisahan terhadap kondisi pedagogi pendidikan arsitektur di Indonesia. Mereka adalah (alm) Eko Alvarez, Avianti Armand, David Hutama, Defry Ardianta, Endy Yudho Prasetyo, Erel Hadimuljono, Goya Tamara Kolondam, Hermawan Dasmanto, Al Busyra Fuadi, Ariyati, Gustav Anandhita, Resza Riskiyanto, I Ketut Dirgantara, dan Jacob Gatot Surarjo.
Critical Context V.2. pertama tahun 2023 di selenggarakan di Universitas Kristen Petra pada 17-18 Agustus 2023. Direktur Nenun Ruang David Hutama menyelenggarakan tiga sesi forum diskusi. Sesi pertama ialah Pedagosi dan Kurikulum, pada sesi ini peserta berdiskusi dan membahas peran pedagogi dalam kurikulum pendidikan arsitektur secara umum. Terdapat beberapa pertanyaan mendasar yang akan memberikan latar kondisi kurikulum pendidikan arsitektur di Indonesia, salah satu contoh topik yang dibahas ialah tidak meratanya kualitas alumni atau lulusan arsitek di Indonesia.
Sesi kedua adalah Pedagogi dan Modul Ajar, konsekuensi dari pembelajaran perancangan arsitektur berbasis pedagogi adalah dominasinya peran pengajar. Peran pengajar bukan menjadi Fasilitator Pasif melainkan menjadi Fasilitator Aktif. Pengajar dengan modul ajarnya memainkan peran sebagai agen dan agensi dari bergulirnya proses pembelajaran. Dalam sesi kedua ini, diskusi akan berangkat dari teks Kenneth E. Boulding tentang proses mengetahui. Dilanjutkan dengan diskursus dari dua tulisan Christopher Alexander, Notes and the synthesis of form and Timeless Way of Building. Diskusi ini akan bermuara tentang karakter pengetahuan ‘Metis’ dan pentingnya memahami ini.
Sesi terakhir yaitu Simulasi dan Diskusi, peserta akan melakukan simulasi untuk membuat Modul Ajar. Modul Ajar adalah instrumen pengajar agar proses pembelajaran bergulir sesuai tempo dan capaiannya. Oleh karena itu karakter dari modul ajar adalah stimulatif dan provokatif. Dalam studio perancangan berbasis pedagogi, kelompok studio adalah unit perancangan kolaboratif dimana seluruh anggotanya termasuk si pengajar adalah bagian dari unit perancangan tersebut.