Filosofi Loci

Ideas
2 years ago

Bagi unit Semarang, Critical Context tidak hanya merupakan suatu kegiatan workshop pedagogi

Bagi unit Semarang, Critical Context tidak hanya merupakan suatu kegiatan workshop pedagogi, ataupun laboratorium metode pembelajaran di studio perancangan arsitektur (pedagogi) untuk dapat diterapkan pada situasi dan kondisi yang beragam. Namun kegiatan ini menjadi suatu wadah, kesempatan bagi mahasiswa untuk menyelami pemikiran-pemikiran kritis diluar dari metode pembelajaran studio yang selama ini diterapkan di institusi masing-masing.

Pada tahun pertama ini, studio Unit Semarang mengangkat satu agenda utama mengenai ‘memori’, yaitu mengajak peserta menyelami pemikiran kritis tentang keberadaan sebuah pasar tradisional di kota Semarang melalui rekam jejak memori. Proposisi yang disampaikan adalah bahwa “ memori dapat digunakan sebagai salah satu alat atau pendekatan untuk  merasakan genius loci dari suatu tempat, dengan tujuan untuk mengembalikan spirit of place itu sebagaimana seharusnya“. Seperti diketahui bahwa banyak desain bangunan pasar tradisional lebih mengutamakan kebutuhan kapasitas, yang kemudian secara fisik tampilan bangunannya dihadirkan hanya sebagai sebuah kosmetik mengenai identitas setempat, namun kehilangan makna tentang kehidupan didalam pasar tradisional itu sendiri.

Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan perekaman jejak memori ‘pasar tradisional’ yang tumbuh alamiah di beberapa tempat lain dan membawa memori tersebut masuk kedalam ke ‘pasar bulu’ sebagai obyek studi pembacaan kritis terhadap kondisi fisiknya yang  telah mengalami perubahan. Tujuannya adalah untuk menemukan kembali makna, 'Spirit of Place' yang hilang dari perubahan yang telah terjadi, dimana hasil temuannya kemudian dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk melakukan intervensi pada kondisinya saat ini 

Salah satu hasil temuan menarik dari perekaman jejak memori yang telah dilakukan oleh salah satu kelompok mahasiswa adalah bahwa genius loci dari sebuah pasar tradisional hadir dari 'Ekspresi' yang ada didalamnya. Bahwa ekspresi dari setiap pelaku pasar merupakan spirit dari pasar tradisional itu sendiri. Kehidupan pasar itu tidak bicara tentang fisik bangunannya semata, melainkan beragamnya ekspresi yang terjadi didalamnya yang membuat pasar tradisional itu lebih bermakna dibandingkan pasar retail modern saat ini. Didalam pasar tidak mengenal strata dan kedudukan sosial, apapun status sosial si pembeli, dengan tampilan apapun yang berbeda antara satu dengan yang lainnya tidak kemudian menghadirkan ekspresi yang berbeda dengan pembeli lainnya dari berbagai status sosial yang berbeda. Pada dasarnya, sebagian besar kegiatan pada pasar tradisional itu tumbuh alamiah di ruang-ruang terbuka publik. Pada beberapa kasus, kegiatan yang semula berlangsung di ruang terbuka dan kemudian dipaksakan masuk kedalam satu bangunan utuh tidak seluruhnya berhasil dengan baik, terutama pada bangunan berlantai banyak. Kecenderungan yang terjadi bahwa pada bangunan pasar berlantai banyak cenderung banyak yang tidak termanfaatkan dengan baik pada lantai-lantai teratas, seperti yang terjadi di pasar bulu.

Secara teknis, salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah lokasinya yang menjadi sulit terjangkau pada lantai-lantai atas. Dimana dari sudut pandang lain, keterjangkauan yang sulit tersebut menyebabkan ekpresi yang ada didalam ruang tersebut tidak mudah terlihat oleh pengunjung pasar itu sendiri. Hal inilah yang  mungkin menjadi suatu jawaban atas pertanyaan mengapa ruang-ruang kegiatan pasar tradisional pada lantai-lantai atas cenderung banyak ditinggalkan. Satu pernyataan tesis yang muncul dari hal ini adalah bahwa ekspresi dari kehidupan di dalam pasar dapat menjadi salah satu daya tarik di kehidupan pasar itu sendiri. Sehingga ekpresi menjadi penting untuk dihadirkan didalam pasar. Berangkat dari  hasil perekaman memori itulah kemudian lahir  usulan  bentuk fisik bangunan suatu pasar tradisional yang dimana seharusnya  lebih terbuka dan mampu menunjukkan kehadiran ekspresi didalamnya secara maksimal. 

Berbicara tentang hal ini, ada dua hal yang bertentangan, yaitu antara menampilkan ekpresi didalam pasar tradisional untuk menjadi daya tarik sebuah pasar tradisional dengan keterbatasan lahan dan kapasitas sehingga menuntut pembangunan fisik pasar tradisional secara bertingkat. Dua hal yang bertentangan ini kemudian menjadi suatu tantangan tersendiri untuk menemukan satu jalan tengah dari dua keadaaan tersebut.

Hasil  intervensi yang dilakukan pada akhirnya cukup baik. Berdasarkan kondisi mengenai tuntutan bangunan bertingkat yang tidak dapat diindahkan. Sehingga yang kemudian harus diselesaikan ialah bagaimana menampilkan ekpresi dari kehidupan didalam pasar yang sulit terlihat terutama di lantai teratas menjadi lebih mudah terlihat.  Hal pertama yang dilakukan dengan membagi zona di dalam pasar tersebut dengan baik berdasarkan tingkat ekpresi yang paling banyak. Berdasarkan rekam jejak memori, zona area basah merupakan zona yang paling potensial untuk menghadirkan ekpresi kehidupan pasar yang paling baik. Sehingga secara horizontal, area basah diletakkan pada area-area bagian depan dari sisi yang mudah terlihat.  Hal yang kedua adalah mengatur kedalaman lantai bangunan (lebar lantai) mulai dari lantai terbawah hingga teratas yang disusun menyerupai piramida terbalik, sehingga mengurangi kemungkinan lantai bawah menutupi ekpresi yang hadir di lantai atasnya. Hal yang terakhir adalah menggunakan prinsip refleksi, yang dihadirkan dengan penggunaan material cermin di posisi langi-langit yang derajat kemiringannnya diatur sedemikian rupa, sehingga mampu merefleksikan ekpresi yang hadir pada lantai yang terhalangi dari level dasar.

Dari ketiga tahap penyelesaian tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut. Suatu rangkaian proses mulai dari rekam jejak memori yang menemukan bahwa ekspresi dapat menjadi salah satu daya tarik dari pasar tradisional. Sehingga memunculkan intervensi yang berupa rekomendasi tipologi bangunan pasar tradisional yang berbeda dari yang selama dilakukan adalah suatu proses yang patut diapresiasi dan menjadi tolak ukur keberhasilan critical context studio unit semarang di tahun pertama ini.
 

 

Related
168 Comments
A
Login to leave a comment. Sign In ?