Monokromatik Tektonik

Ideas
1 year ago

CC Studio Surabaya 01 berupaya membongkar, mengurai dan merajut bentuk dan fungsi lain dari sebuah meteri yang selama ini dibatasi oleh atribut atau label.

Education Pedagogy

Sifat material: Bawaan atau Penyematan?

Pada saat manusia pertama kali mendaya-gunakan sebuah material tertentu, mereka mencermati karakter fisik dari material tersebut: apakah cukup keras, cukup kuat, punya daya tahan, seberapa elastis, dan lain sebagainya. Mereka tidak memiliki pertimbangan lain semisal tentang estetika (yang mungkin identik dengan proporsi, komposisi, dan berbagai asas-asas lainnya). Bagaimana material tersebut dapat ‘bekerja’ sesuai yang dibutuhkan si manusia, maka pada titik itulah dia direkayasa. Kegiatan menitik-beratkan pada atribut fisik dari sebuah material tersebut kemudian bergeser, di mana manusia mulai menyematkan atribut-atribut lain terhadap sebuah material. Dan kondisi ini seringkali berupa atribut pendahulu sebelum sebuah material direkayasa untuk sebuah kebutuhan. Sebagai contoh adalah manusia memandang material logam sebagai material modern sedangkan kayu adalah material tradisional, alih-alih menempatkan tradisional-modern pada dimensi operasi/tindakan. Contoh lain adalah memberi atribut material “murah", “mahal”, “industrial”, “mewah”, sampai dengan ada material yang diberi atribut “bekas”, padahal seringkali material tersebut tidak memiliki kekurangan fisik sedikit pun (dalam hal kekuatan, kekokohan, daya tahan, dll namun hanya karena dia tidak memiliki ukuran tertentu, misalnya)

Kondisi penyematan atribut pendahulu ini tak pelak menciptakan sebuah kondisi yang membuat seakan-akan ada keterbatasan tentang bagaimana material-material tersebut dirajut atau dirangkai. Dan kualitas ruang yang seharusnya menjadi sebuah konsekuensi logis dari sebuah rajutan seakan-akan sudah memiliki pola dengan pakem-pakem tertentu. Pertanyaan kritis yang kemudian bisa dilontarkan adalah apakah rekayasa perangkaian material akan memiliki keterbatasan kemungkinan akibat atribut pendahuluan yang dilekatkan? Jika atribut-atribut itu dibongkar dan dilepaskan, apa yang kemudian terjadi? Karena seharusnya sebuah rajutan atau rangkaian akan selalu menghadirkan sebuah kualitas taktilitas yang lekat dengan sebuah tawaran pengalaman baru dan tidak terkungkung oleh batasan pola-pola hubungan tertentu.

"Monokromatik Tekntonik" mencoba menyasar pemikiran kritis peserta untuk dapat membongkar atribut pendahulu yang melekat pada material dan hanya menyisakan karakter fisiknya, serta bagaimana peserta secara kritis menganalisa potensi dari setiap material untuk dihubungkan satu dengan lainnya. Pada akhirnya dengan terbebasnya rajutan material dari atribut pendahulu yang dilekatkan, tujuan yang ingin dicapai dalam agenda unit ini adalah menempatkan tektonika dan taktilitas sebagai sebuah tawaran cara pandang dan pengalaman baru pada tentang sebuah pola hubung.

Bongkar-Urai-Rajut

Seluruh peserta dihadapkan pada konteks bangunan-bangunan di kampus ITS Surabaya. Pemilihan lokasi ini dipilih karena seringkali bangunan pada sebuah institusi diikat dengan sebuah aturan dan pakem tertentu dalam hal desain dan konstruksi, di mana pakem-pakem tersebut juga seringkali berkaitan dengan bagaimana material-material dan tektonikanya dihadirkan. 

Memulai aktivitasnya, peserta dibekali dengan cara spesifik tentang pembacaan material & tektonika pada konteks. Cara ini berupa Tectonics Quadrant, sebuah pemetaan sederhana tentang 2 pasang kualitas kondisi tektonika: menempel-terpisah (pada sumbu X) dan terelaborasi-polos (pada sumbu Y) di mana peserta diminta untuk menentukan kualitas dari benda amatannya pada 4 quadrant yang disediakan dan yang diamati harus melingkupi 3 hal: parts, elements, materials. Tujuan dari digunakannya metode ini adalah mengajak peserta untuk fokus pada kualitas aspek fisik yang mereka jumpai dan amati dan tidak terdistraksi oleh faktor lain yang mungkin bisa mendominasi pikiran mereka jika hanya mengandalkan pengamatan dengan merekam foto/video semata.

Kelompok 1

Kelompok ini melakukan pengamatan yang akhirnya bermuara pada hubungan antara rangka dan penutupnya. Mereka melihat kecenderungan penempatan elemen tertentu pada bidang tertentu, yang belum tentu disebabkan oleh sifat keterhubungan antar elemen tersebut. Mereka mencoba mengurai 2 pasang hubungan yaitu antara metal floor-deck dan rangka baja (yang ditempatkan sebagai lantai) serta genteng tanah liat dan rangka kayu (yang ditempatkan sebagai atap). Masing-masing hubungan tersebut dianalisa rinci mengenai derajat keterhubungannya, bagaimana metode menghubungkannya, alat dan benda penghubung, dan lainnya.

Pertanyaan mereka cukup sederhana yaitu mencoba menukar antara rangka dan penutup antara kedua pasang hubungan, dan melihat kembali faktor-faktor yang berkaitan dengan derajat keterhubungan. Mereka mencoba melihat dengan berfokus pada atribut fisik dari masing-masing material dan membuka kemungkinan bagaimana masing-masing dihubungkan. Mereka beropini bahwa bisa jadi selama ini tidak pernah ada usaha membuka kemungkinan hubungan lain akibat adanya atribut pendahulu. Bahwa genteng tanah liat itu pasti menjadi penutup atap dan harus disematkan pada rangka kayu misalnya, telah mendahului bagaimana potensi fisik dia yang sesungguhnya. Begitu juga dengan pasangan metal floor-deck dan rangka baja yang memang terbiasa untuk ditempatkan sebagai lantai.

Pada akhirnya, kelompok ini menyajikan penelusuran tentang pertanyaan kritis keterkaitan tektonika material tertentu dengan posisinya sebagai elemen dari sebuah gedung/bangunan. Mereka menyatakan bahwa hubungan antara elemen dan atributnya tidak mengubah nilai apapun ketika diletakkan pada bidang lain selama kita memahami sifat fisik dan aspek paling esensial dari material tersebut.

Kelompok 2

Penelusuran kelompok 2 dengan menggunakan Tectonics Quadrant membawa mereka berfokus pada 2 material: kayu dan tanah liat. Kelompok ini mencoba melihat kedua material tersebut pada kondisi mula sebelum dia terbentuk menjadi elemen bangunan tertentu. Argumentasi mereka adalah dengan melihatnya mulai dari kondisi yang paling awal, maka semakin terkuaklah semua potensi yang dapat dibaca atas keduanya. Mereka melakukan penelusuran mulai dari hal paling dasar tentang bagaimana kedua material tersebut dapat direkayasa atau bagaimana perlakuan yang dapat diterapkan kepada keduanya. Dari sekian banyak perlakuan yang diuji-cobakan, terdapat beberapa perlakuan yang ternyata dapat dilakukan kepada keduanya. Perlakuan-perlakuan tersebut tidak selalu menghasilkan kondisi yang sama antara kayu dan tanah liat tersebut, melainkan justru semakin dapat memunculkan karakteristik fisik mendasar yang ternyata berlawanan dan saling melengkapi.

Proses penelitian kecil kelompok ini berujung pada beberapa sifat yang berlawanan antara kayu dan tanah liat, yang ketika dicoba diposisikan dengan mencoba merajut 2 material tersebut ternyata hubungannya dapat lebih dari sekedar rangka dan benda yang ditopang oleh rangka (kecenderungan umum hubungan ini adalah antara rangka atap kayu dengan genteng tanah liat). Kelompok ini mencoba melakukan eksplorasi atas tektonika keduanya, dan pada akhirnya menemukan bahwa tanah liat dengan sifatnya yang dapat dibentuk dengan mudah dan dapat menjadi keras dengan dibakar ternyata dapat menjadi elemen joint rangka kayu. Kondisi ini cukup kontras dengan perlakuan tektonika yang sering dilakukan di mana pengunci rangkaian tanah liat justru adalah rangka kayunya. Temuan ini menjadi menarik untuk dikembangkan tentang tipe joint yang bisa dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan konfigurasi rangka kayunya.

Kelompok 3

Kelompok ketiga melakukan penelusuran yang sedikit berbeda dengan kedua kelompok sebelumnya. Dengan berbekal hasil pembacaan menggunakan tectonics quadrant, mereka mencermati lebih rinci tentang tektonika besi tulangan dan selimut beton. Kedua material tersebut sangat umum dan banyak digunakan pada bangunan, namun kelompok ini membaca adanya kecenderungan penerapan yang terkunci pada bentuk dan konfigurasi tertentu (semisal kolom, balok, plat lantai, dll). Kelompok ini mencoba mengurai ulang tentang bagaimana peran besi tulangan dan selimut beton terhadap gaya yang bekerja pada bentukan tertentu. Bagaimana rajutan besi tertentu akan merespon gaya tertentu, dan juga bagaimana bentuk geometri dari elemen bangunan tersebut didesain akan menuntut rangkaian yang berbeda tentang tulangan dan selimut tadi.

Hal yang dilakukan kelompok ini bukanlah memberikan sebuah tawaran baru tentang tektonika struktur beton bertulang, karena berbagai olahan geometri sebenarnya juga sudah pernah dilakukan oleh arsitek ataupun insinyur struktur sebelumnya. Kelompok ini pada akhirnya mencoba menyusun tentang cara memahami mengenai perubahan-perubahan konfigurasi yang dapat berbeda-beda antara tulangan dan selimut, tergantung pada kebutuhan geometri dan fungsi tertentu dari elemen bangunan tersebut. Cara pembacaan ini kemudian dirupakan dalam bentuk video animasi sederhana yang berangkat hanya dari komposisi 2 benda: tulangan besi dan selimut beton. Representasi yang dilakukan oleh kelompok ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman dan penelusuran lanjutan bagi siapapun yang ingin melakukan eksplorasi atas 2 material tersebut.

Kesimpulan

Dari agenda yang disematkan pada brief, secara keseluruhan kelompok telah mencoba untuk melihat material dan tektonikanya tanpa adanya atribut pendahulu. Di mana kondisi ini membuat pembacaan dan analisa mereka menjadi lebih dalam terkait potensi fisik dari setiap material dan juga membuka pandangan tentang cara hubungnya. 

Catatan penting yang dapat dikritisi dan ditingkatkan adalah bagaimana metode pembacaan awal (tectonics quadrant) dapat lebih didayagunakan dalam penelusuran lanjutan. Kecenderungan yang berlangsung adalah para peserta tidak terlalu melihat adanya potensi pergeseran letak quadrant terkait material dan tektonika yang mereka teliti dan bagaimana pada akhirnya hal ini sebenernya dapat menyajikan delta yang cukup besar antara kondisi ketika mereka amati di awal dan setelah mereka menelusuri lebih dalam terhadap apa yang mereka amati.

Related
168 Comments
A
Login to leave a comment. Sign In ?