Studio Bandung 01 melihat aktivitas bermain air bisa menjadi sebuah persfektif baru dalam arsitektur. Dengan mengajak peserta merasakan pengalaman bermain dengan air, diharapkan dapat membantu kreativitas peserta untuk menghadirkan solusi-solusi mikro arsitektural yang menyegarkan.
Bermain air merupakan kegiatan yang disukai oleh anak-anak. Dari kacamata anak kecil, air dilihat sebagai hal yang misterius namun sekaligus menggembirakan. Antusiasme anak-anak melihat air inilah yang menjadi pendekatan pemahaman tektonika air serta apa saja yang dapat kita lakukan dalam konteks berarsitektur. Dalam arsitektur, air dipelajari hanya sebagai air kotor (black water), air bersih dan air huan (grey water). Padahal air tidak sekedar itu, melalui kacamata anak kecil yang murni; ragam wujud, karakter dan sifat air, sampai pada reaksi air ketika bersentuhan dengan entitas lain diharapkan dapat diinterpretasi dengan sudut pandang yang baru.
Air yang cair mempunyai daya mengapungkan benda-benda tertentu; benda atau material apa saja yang dapat mengapung seta apa saja yang dapat dilakukan pada saat terapung. Di lain pihak, air yang cair juga mempunyai kekuatan arus yang dapat menghanyutkan berbagai benda; bahkan benda yang amat berat; bagaimana membuat atau mengontrol arus, serta menggunakan alat apa saja. Pendekatan waterplay ini mengajak kita untuk melihat air tidak hanya sekedar ada, tetapi melihat air sebagai sesuatu yang menggembirakan dan positif. Sudut pandang ini diharapkan dapat membantu kreativitas peserta dalam memberikan solusi mikro arsitektural yang menyegarkan.
Bootcamp
Untuk melepaskan peserta dari gambar-gambar arsitektural yang pernah dibuat sebelumnya, maka teknik penyajian Infographic ini dijelaskan dan diminta dipraktekkan oleh peserta selama workshop. Pada akhir penjelasan dan diskusi penyajian infographic ini, peserta diminta untuk menggambarkan apa saja yang mereka ketahui tentang air selama ini. Catatan: belum ada brief yang berkaitan dengan tektonika air. Peserta menggambarkan air secara umum; mulai dari air sebagai sumber kehidupan, karakter air, dan dinamika hubungan manusia dan air.
Eksplorasi ‘Air’
Eksplorasi air terbagi menjadi 2 tahap; tahap pertama adalah bersentuhan langsung dengan air atau mengalami (experiencing) dengan sensori, tahap kedua mengobservasi site menggunakan pemahaman pengalaman sensori dengan air yang dialami pada tahap pertama.
Experiencing with Sensori
Pada tahap mengalami dengan sensori, peserta diminta untuk memahami air melalui sentuhan langsung dengan tubuh mereka. Brief yang dijelaskan kepada peserta sebelum mereka berenang dan melalukan aktivitas lainnya di air, adalah ‘kenalan’ dengan air, dan rasakan air dengan tubuh masing-masing. Dari persentuhan dengan air, peserta mengemukakan temuan-temuan yang menarik menggunakan penyajian infographic bahwa air mempunyai berbagai personality yang dapat membangkitkan emosi manusia, bahwa karakter air itu misterius, mediator suara, inkonsisten, dan bahwa air itu keras kepala dan adil.
Site, Relating to Sensori
Pada eksplorasi air tahap berikutnya, peserta diajak untuk berjalan cukup jauh, melalui liku-liku jalan sempit dan dengan topografi naik turun kampung kota, menuju suatu tapak yang mempunyai ragam wadah dan arus air. Pada tapak juga terdapat dua fungsi penting; reservoir air kecil yang dibangun sejak jaman Belanda dan pembangkit listrik tenaga air.
Hasil dari observasi tapak yang dikaitkan dengan pemahaman baru tentang air pada tahap sebelumnya memunculkan relasi antara ragam arus air dengan ragam emosi manusia, dengan kemisteriusan air atau ketidakterdugaan aliran air, serta dengan kekeraskepalaan (stubbornness) air yang senantiasa menembus segala rintangan. Hasil observasi ini disajikan menggunakan infographic. Pada akhir hari, Unit Master meminta peserta untuk menonton film “Spirited Away” dan mendengarkan musik Pat Metheny “As Falls Wichita Falls, So Falls Wichita Falls”, serta relasinya dengan air.
Check point
Peserta menyajikan gagasan apa yang akan mereka lakukan dengan air pada tapak menggunakan penyajian infographic. Pada check point ini semua unit master memberikan ulasan, pendapat dan pertanyaan. Check point ini bertujuan untuk mengukur pemahaman peserta tentang air, mencek relasi gagasan dengan pemahaman peserta tentang air, dan memberikan masukan kepada peserta untuk eksplorasi desain selanjutnya, yaitu bereksplorasi dengan maket.
Dari 3 (tiga) kelompok peserta, hanya satu kelompok yang cukup konsisten dalam memahami air dan menggagas; dari pemahaman ragam arus air dengan ragam emosi manusia, kelompok peserta mempunyai ide untuk berdialogue dengan air dengan menciptakan berbagai pertemuan manusia dengan air. Dua kelompok lainnya masih bingung dan ide-ide terlihat masih terbagi-bagi.
Eksplorasi Arsitektural
Eksplorasi Arsitektural ini dibagi menjadi dua tahap; pertama adalah mengembangkan desain menggunakan sketsa dan maket (manual), tahap kedua adalah men-test tektonika air dengan menwujudkannya.
Pada hari berikutnya, Unit Master melakukan observasi pada kedua kelompok masih bingung dan ide-idenya masih terbagi-bagi. Ternyata, pada kedua kelompok tersebut, terlihat adanya komunikasi yang kurang baik. Ide-ide kurang dapat terumuskan karena masing-masing peserta mempunyai ide yang berbeda-beda, namun peserta kurang dapat merumuskannya. Di sini Unit Master berperan menjembatani komunikasi dan memberikan arahan bagaimana memilih ide-ide yang dapat dirumuskan, dan memilah ide-ide yang sangat berbeda arah.
Proses selanjutnya adalah mengidentifikasi potensi dan masalah tektonika air dengan mewujudkannya dengan menggunakan maket-maket studi. Setelah dibantu dalam berkomunikasi, salah satu kelompok maju dengan pesat, bahkan sudah dapat membuat dan mencoba ide nya dalam bentuk maket. Pada maket tersebut, peserta dapat mengidentifikasi masalah-masalah tektonika yang muncul, seperti batas yang terlalu tinggi, kurang sempit, dan sebagainya.
Pada tahap ini, peserta baru diberikan preseden-preseden arsitektural sebagai tambahan wawasan untuk mengembangkan desain yang sudah mulai terbentuk. Pada tahap selanjutnya, peserta diminta untuk mewujudkan desainnya untuk mengecek potensi dan masalah tektonika yang muncul. Pada tahap ini, peserta menggunakan peralatan alat bantu komputer (Sketchup, AutoCad) untuk mengembangkan desain serta untuk mewujudkan sebagian desainnya menggunakan laser cutter. Setelah itu, peserta diminta untuk mentest arus serta aliran airnya menggunakan air dan pompa.
Kesimpulan dan Evaluasi
Workshop Tektonika Air terlaksana dengan baik, walaupun tidak sesuai dengan agenda/jadwal awal dari 10 hari berkurang 1 hari karena Hari Raya (hari ke 7) yang terlewatkan pada saat penyusunan awal. Check Point kedua yang seharusnya dilaksanakan pada hari ke-7 diputuskan untuk tidak dilaksanakan. Tujuan check point kedua adalah mengecek persiapan perwujudan desain dengan menggunakan maket, namun karena tidak dapat dilaksanakan, maka unit master langsung terjun ke dalam masing-masing kelompok pada hari ke-8 pagi hari untuk melakukan pengecekan tersebut. Dari rangkaian workshop, walaupun bermanfaat pada awalnya, infographic dirasakan kurang bermanfaat untuk penyajian tahap-tahap akhir karena keterbatasan waktu, serta fokus dari produk akhir terlalu banyak. Untuk workshop selanjutnya, perlu dipertimbangkan hubungan antara fokus workshopnya dan agendanya. Perwujudan desain untuk pengetestan tektonika air dirasakan sangat kurang waktunya, padahal seharusnya membutuhkan satu atau dua hari tambahan lagi untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Evaluasi dari Peserta adalah sebagai berikut:
Prefer Ruang Terbuka untuk Bekerja, terutama dalam mencari ide dan diskusi.
Diskusi dan Kolaborasi sangat membantu memunculkan ide-ide kreatif.
Feedback di penghujung hari sangat baik dalam memahami progress dan untuk menentukan apa yang harus dilakukan esok harinya.
Metoda tanpa brief goal akhir (tujuan) tertentu membebaskan eksplorasi, membuat peserta tidak terlalu fokus mengejar hasil, sehingga potensi gagasan-gagasan kreatif dapat lebih tergali.
Site sangat menginspirasi karena banyak ragam arusnya.
Infographic kurang dapat diterapkan