Co-Existence

Ideas
2 years ago

Pada kesempatan pertama di Workshop Pedagogi ini Unit Medan memilih tema fenomena kehadiran burung Sriti yang selalu bertengger di kabel atau tiang listrik di tempat dan jam yang sama setiap harinya.

Pada kesempatan pertama di Workshop Pedagogi ini Unit Medan memilih tema fenomena kehadiran burung Sriti yang selalu bertengger di kabel atau tiang listrik di tempat dan jam yang sama setiap harinya. Lokasi yang kami amati adalah di persimpangan Jalan Pandu dan Jalan Cirebon tepat di depan menara air PDAM Tirtanadi diantara ruko-ruko dan aktifitas kota yang padat pada siang hari. Namun beranjak senja pada saat aktifitas kota mulai sepi, tepatnya jam 6.30 sore burung-burung Sriti mulai berterbangan dari berbagai arah untuk mencari tempat bertengger di kabel dan tiang listrik.  Diawali dengan tarian saling kejar dan mengikuti perlahan mulai menduduki kabel-kabel dan mereka tidur di kabel-kabel tersebut. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan burung-burung ini mulai menjadikan kabel-kabel ini sebagai rumah.a

Warga Medan yang berlalu lalang dan beraktifitas disekitar persimpangan ini sepertinya sudah terbiasa dengan kehadiran burung-burung Sriti. Sesekali ketika menyeberang jalan atau berjalan di trotoar kita akan mendapatkan ‘berkah’ (baca: kotoran burung) dari burung-burung. Pada workshop ini, kami mencoba menggali gagasan bagaimana warga kota Medan menjadi sadar dan mungkin terlibat dengan keberadaan burung-burung Sriti. Kehadiran mereka diharapkan dapat menjadi citra sebuah kawasan. 

Workshop Pedagogi ini menerima delapan orang peserta mahasiswa dari empat universitas, tujuh mahasiswa berasal dari kota Medan (USU, UNIKA, UNPAB) dan satu mahasiswa dari Semarang (UNDIP). 

Komposisi ini sengaja disusun dengan tujuan agar terjadi komunikasi dan pertukaran budaya dalam proses merancang antar universitas yang sangat jarang terjadi di Medan. Dari delapan orang peserta dibagi empat kelompok masing-masing dua orang dari universitas yang berbeda. Masing-masing kelompok diberikan kebebasan untuk melakukan riset kecil melalui analisa dan pendekatan yang mereka temukan dari hasil survey. Namun fokusnya adalah bagaimana mereka belajar mengamati, dan mencermati serta teliti dalam melihat dari sudut pandang pendekatan survey yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan. 

Unit Master menyusun brief dengan membagi aktifitas selama 10 hari. Pada awal aktifitas dilaksanakan bootcamp yang berguna untuk para peserta saling mengenal dan dapat mencairkan suasana dengan aktifitas saling menggambar wajah rekan di depannya tanpa melihat ke arah kertas gambar. Aktifitas ini juga kami buat dengan tujuan agar merangsang kembali torehan atau tarikan agar lebih luwes dan santai. Memang di workshop ini peserta diarahkan untuk menggambar dengan manual. Lalu pada hari kedua, kami unit master dan perserta melakukan survey bersama dan mulai mencari-cari spot/tempat-tempat pengamatan yang lebih jelas. Pada saat burung-burung mulai datang kami pun merasa takjub bukan hanya dengan melihat langsung kehadiran mereka, tapi juga mendengarkan suara-suara ciutan seperti saling memanggil. Pengamatan ini dilakukan selama dua hari. Setelah itu kami berdiskusi dengan bertanya tentang hipotesa, dari hasil pengamatan mereka dilapangan. 

Hari kelima dan kedelapan dilakukan review oleh praktisi dan dosen diluar peserta sebagai check point bagi unit master dan peserta. Pada review ini peserta melakukan presentasi terhadap temuan-temuan dari pengamatan dan hasil eksplorasi ide yang mereka lakukan. Setiap kelompok memiliki tema dan judul tapi tetap dalam konteks yang sama. Kelompok 1 memberi judul ‘Greatest Birdshow’, dengan menjadikan burung sebagai artis dan koridor kota menjadi panggungnya. Kelompok 2 memberi judul ‘Feces’, dengan melihat kotoran burung untuk dijadikan potensi penanda kawasan, kelompok 3 memberi judul ‘Fasade’, dengan melihat interaksi burung terhadap fasade bangunan. Kelompok 4 memberi judul ‘Reflection’, dengan melihat interaksi burung terhadap visual mata manusia, bagaimana manusia bisa tetap melihat burung-burung diatas kabel listrik melalui refleksi di lantai trotoar.

Proses yang dilalui selama 10 hari ini kami rekam melalui dokumentasi foto, catatan harian serta evaluasi. Mulai dari penentuan tema, penyusunan brief, pembagian jadwal sampai dengan penentuan calon peserta merupakan suatu proses yang tidak mudah. Setelah workshop selesai kami merefleksi kebelakang dan mendapati bahwa proses ini bisa berjalan dengan baik karena brief dan tema yang matang dipersiapkan dan ini bisa menjadi tolak ukur pada pelaksanaan workshop berikutnya dengan tema yang berbeda. 

Related
168 Comments
A
Login to leave a comment. Sign In ?