Karya ini muncul dari observasi peserta terhadap daerah kampung di kawasan Basuki Rahmat, di mana mereka menemukan fenomena penggunaan ruang dalam kampung oleh anak-anak yang dipandang cukup menarik untuk dikritisi.
Karya ini muncul dari observasi peserta terhadap daerah kampung di kawasan Basuki Rahmat Surabaya, di mana mereka menemukan fenomena penggunaan ruang dalam kampung oleh anak-anak yang dipandang cukup menarik untuk dikritisi. Anak-anak menjadikan pemahaman akan batas ruang, skala, keterjangkauan, dan lain sebagainya menjadi sangat relatif dan kaya akan pertanyaan-pertanyaan baru.
Anak-anak ini secara tidak sadar sangat merdeka dalam melihat konteks yang ada di sekitar mereka. Mereka tidak terbelenggu akan realita ruang yang mereka hadapi, dan justru sebaliknya seakan mereka sangat lihai menguak lapisan-lapisan potensi lain dari lingkungan mereka. Jalan sempit tetap dapat menjadi sebuah lapangan bola tanpa batas, karena dinding pun mereka posisikan sebagai rekan satu tim yang selalu siap mengoperkan bola. Gerobak yang terbengkalai diartikulasikan sebagai perahu ketika mereka bermain-main sebagai bajak laut, dan lain sebagainya. Imajinasi menjadi kata kunci, dan ruang-ruang yang mereka miliki menjadi sangat kaya akan interpretasi.
Peserta kemudian melakukan sebuah riset sederhana dengan metoda naratif, dengan menggunakan sudut dan cara pandang anak kecil dalam mengartikulasikan ruang di daerah huniannya tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tentang elemen bidang, lempeng, batang, volume, dan seterusnya menjadi dasar dimunculkannya kemungkinan eksplorasi lain dari sebuah ruang. Eksperimentasi ini membawa sebuah gambaran baru tentang bagaimana potensi ruang kampung menjadi sangat berbeda ketika cara pandang kita juga bergeser.